“Pulau Misterius Jadi Pangkalan Rahasia Inggris-AS”

Togel Online Terbaik, Bandar Togel Terbaik, Situs Togel Terpercaya

pulau-misterius-jadi-pangkalan-rahasia-inggris-as

“Pulau Misterius Jadi Pangkalan Rahasia Inggris-AS”

Togel Hongkong – Diego Garcia, sebuah pulau terpencil di Samudra Hindia, adalah surga bersama tanaman hijau subur dan pantai berpasir putih yang dikelilingi air sebening kristal.
Namun, pulau ini bukanlah destinasi wisata. Tempat ini terlarang bagi lebih dari satu besar warga sipil gara-gara merupakan lokasi pangkalan militer rahasia Inggris-AS yang selama lebih dari satu dekade diselimuti rumor dan misteri.

Pulau berwujud tapak kaki ini, yang dikelola jarak jauh dari London, tersedia di pusaran sengketa batas lokasi pada Inggris dan Mauritius, yang negosiasinya kian intens didalam lebih dari satu pekan terakhir.

Untuk pertama kalinya, BBC mendapat akses ke pulau selanjutnya terhadap awal September lalu.

“Ada musuh,” canda seorang petugas keamanan swasta pas saya kembali ke kamar terhadap satu malam di Diego Garcia.


Pada daftar yang dipegangnya, nama saya ditandai bersama warna kuning.

Selama berbulan-bulan, BBC udah mengusahakan mendapat akses ke Diego Garcia, yang berstatus pulau terbesar di Kepulauan Chagos.

Kami berniat meliput proses persidangan bersejarah atas perlakuan yang di terima orang-orang Tamil Sri Lanka, kelompok yang pertama kali mengajukan suaka di pulau selanjutnya dan udah terdampar di sana selama tiga tahun.

Setelah melalui proses hukum berbelit, tak lama kembali mereka akan mendengar putusan yang pilih apakah benar selama ini mereka udah ditahan bersama tidak sah.

Sebelumnya, kami cuma mampu meliput persoalan ini dari jauh.

Diego Garcia, yang berjarak kira-kira 1.600 kilometer dari daratan terdekat, masuk didalam daftar pulau paling terpencil di dunia. Letaknya di Samudra Hindia, pada Indonesia dan Afrika.

Tidak tersedia penerbangan komersial ke sana. Akses laut terhitung tidak mudah, gara-gara izin cuma diberikan terhadap kapal dari pulau-pulau terluar Chagos dan cuma sehingga kapal-kapal mampu berlayar bersama aman melalui Samudra Hindia.

Untuk memasuki pulau tersebut, Anda membutuhkan izin, yang cuma diberikan kepada orang-orang perihal fasilitas militer di sana atau otoritas Inggris yang mengelola lokasi tersebut. Maka, secara historis selama ini wartawan dilarang masuk.

Pengacara pemerintah Inggris sempat mengajukan gugatan hukum untuk mencoba memblokir BBC sehingga tidak menghadiri sidang tersebut.

“Pulau Misterius Jadi Pangkalan Rahasia Inggris-AS”

Dan, lebih-lebih sehabis putusan Mahkamah Agung lokasi selanjutnya beri tambahan akses kepada BBC, AS pun memberi penolakan.

Pihak AS menyatakan tidak akan sedia kan makanan, transportasi, atau akomodasi bagi tiap tiap orang yang mencoba berkunjung ke Diego Garcia demi persoalan tersebut, terhitung hakim dan pengacara.

Komunikasi tertulis pada Inggris dan AS terhadap musim panas ini, yang isinya sempat dilihat BBC, perlihatkan keduanya terlalu kuatir jikalau pers masuk ke Diego Garcia.

“Seperti udah dibahas sebelumnya, Amerika Serikat setuju bersama posisi HMG [Pemerintah Yang Mulia Raja Inggris] bahwa akan lebih baik terkecuali bagian pers mengamati sidang secara virtual dari London, untuk meminimalkan risiko terhadap keamanan fasilitas,” seperti tertulis di salah satu catatan dari pemerintah AS kepada pejabat Inggris.

Ketika pada akhirnya saya mendapat izin menghabiskan lima hari di pulau itu, sejumlah pembatasan ketat mesti ditaati.

Pembatasan itu tak cuma soal peliputan proses persidangan, namun terhitung pergerakan saya di pulau itu. Saya pun dilarang melaporkan apa saja pembatasan yang ada.

Saya sempat mengajukan sedikit penyesuaian perihal izin tersebut, namun ditolak oleh pejabat Inggris dan AS.

Petugas perusahaan keamanan G4S lantas diterbangkan ke lokasi itu untuk mengawal BBC dan para pengacara yang terlibat didalam persidangan.

Namun, lepas dari hal tersebut, saya tetap mampu mengamati beraneka cermat yang memberi pencerahan dan menopang memberi gambaran soal Diego Garcia, salah satu lokasi bersama pembatasan paling ketat di dunia.

Jelang tiba di sana, dari pesawat muncul pohon-pohon kelapa dan dedaunan tebal menutupi pulau karang seluas 44 kilometer persegi tersebut. Kehijauan yang tersedia cuma diselingi bangunan militer berwarna putih.

Diego Garcia adalah satu dari kira-kira 60 pulau yang membentuk Kepulauan Chagos atau Wilayah Samudra Hindia Britania (BIOT). Ini adalah koloni terakhir yang didirikan Inggris bersama memisahkannya dari Mauritius terhadap 1965.

Pulau ini terdapat di pada Afrika Timur dan Indonesia.

Saat memasuki landasan pacu, di samping pesawat militer berwarna abu-abu kelihatan hanggar bersama papan bergambar bendera AS dan Inggris beserta slogan: “Diego Garcia. Jejak Kebebasan”.

Ini adalah satu dari banyak papan penanda bersama slogan kebebasan di pulau tersebut, yang menjadi jejak Kedatangan pangkalan militer Inggris-AS sejak awal 1970-an di sana.

Pada 1966, Inggris setuju menyewakan Diego Garcia terhadap AS selama 50 tahun, bersama opsi perpanjangan selama 20 tahun. Perpanjangan itu udah dijalankan, sehingga era sewa AS baru akan berakhir terhadap 2036.

Saat melalui pemeriksaan keamanan bandara dan seterusnya, efek AS dan Inggris kelihatan di mana-mana, seakan saling beradu untuk menjadi yang paling unggul.

Di terminal, tersedia pintu yang dihiasi cetakan bendera Inggris dan dinding bersama foto-foto tokoh perlu Inggris, terhitung Winston Churchill.

Di pulau, saya lihat mobil-mobil polisi Inggris dan sebuah klub malam bernama Brit Club bersama logo anjing buldog. Kami sempat melalui jalan bernama Britannia Way dan Churchill Road.

Namun, mobil melaju di sebelah kanan jalan seperti di AS. Saat berkeliling, kami pun diantar bersama bus kuning cerah yang mengingatkan terhadap bus sekolah AS.

Mata duwit yang digunakan adalah dolar AS dan colokan listriknya pun memakai tipe Negeri Paman Sam.

Makanan yang ditawarkan kepada kami selama lima hari terhitung tater tots, kentang parut goreng ala AS, dan juga biskuit Amerika yang mirip bersama scone, kudapan asal Inggris.

Getty ImagesFoto dari tahun 1981 perlihatkan Batalyon Konstruksi Angkatan Laut AS beraktivitas di kolam renang di Diego Garcia.

Meskipun lokasi ini dikelola dari London, lebih dari satu besar personel dan sumber energi di sana berada di bawah kendali AS.

Saat BBC didalam proses memperjuangkan akses ke Diego Garcia, sejumlah pejabat Inggris merujuk pertanyaan-pertanyaan kami kepada staf AS.

Ketika AS melarang sidang pengadilan berlangsung di Diego Garcia terhadap musim panas ini, seorang pejabat senior di Kementerian Pertahanan menyatakan Inggris “tidak mempunyai kekuatan untuk beri tambahan akses”.

“Penilaian keamanan AS berwujud rahasia… [mereka] udah perlihatkan bahwa mereka mempunyai pemeriksaan ketat di sana,” tulis pejabat itu didalam e mail kepada koleganya di Kantor Urusan Luar Negeri.

Penjabat komisaris BIOT mengatakan, berdasarkan ketetapan didalam perjanjian pada Inggris dan AS, tidak kemungkinan baginya “memaksa otoritas AS” untuk beri tambahan akses ke fasilitas militer yang dibangun AS, biarpun itu adalah lokasi Inggris.

Dalam lebih dari satu tahun terakhir, lokasi selanjutnya udah merugikan Inggris puluhan juta poundsterling, lebih dari satu besarnya gara-gara pengeluaran yang dikategorikan sebagai “biaya migran”.

Komunikasi pada pejabat kantor luar negeri terhadap Juli perihal orang-orang Tamil Sri Lanka, yang isinya diketahui BBC, menyatakan bahwa “biayanya terus meningkat dan perkiraan paling baru perlihatkan angkanya akan menyentuh Pound 50 juta (sekitar Rp1 triliun) per tahun”.

Suasana di pulau itu jadi santai. Pasukan dan kontraktor bersepeda melalui saya, dan saya lihat orang-orang bermain tenis dan selancar angin di bawah sinar matahari sore.

Sebuah bioskop mengiklankan pemutaran film Alien plus Borderlands, lebih-lebih tersedia area main boling dan museum bersama toko suvenir di dalamnya, biarpun saya tidak diizinkan masuk. Kaus dan mug bermerek Diego Garcia dijual di pulau itu.

.
Kami melalui restoran cepat saji bernama Jake’s Place, terhitung satu area bersama pemandangan cantik.

Di sana, kelihatan sebidang tanah berdampingan bersama laut bersama papan bertulisan: “Tempat berenang dan area piknik kuno.”

Di sisi lain, kami seakan terus diingatkan bahwa pulau ini adalah lokasi pangkalan militer rahasia nan sensitif.

Latihan militer terdengar sejak pagi, dan di dekat area tinggal kami tersedia gudang senjata yang dibatasi pagar.

Sepanjang waktu, pejabat militer AS dan Inggris mengawasi ketat proses persidangan.

Pulau ini mempunyai keindahan alam yang menakjubkan, dari vegetasi yang rimbun sampai pantai-pantai putih bersih.

Diego Garcia terhitung rumah bagi kepiting kelapa, yang dikenal sebagai artropoda darat terbesar di dunia. Sementara itu, personel militer memperingatkan perihal bahaya hiu di perairan sekitar.

Situs situs BIOT menyatakan pulau ini mempunyai “keanekaragaman hayati laut terbesar di antero Inggris dan lokasi luar negerinya, dan juga sejumlah lautan terbersih dan proses terumbu karang tersehat di dunia”.

Namun, tersedia terhitung anjuran soal era lalunya yang brutal.

Ketika Inggris mengambil alih alih Kepulauan Chagos dari Mauritius, yang adalah bekas koloninya, Inggris langsung mengusahakan mengusir penduduk setempat yang berjumlah lebih dari 1.000 orang sehingga mampu membangun pangkalan militer.

Penghuni Kepulauan Chagos adalah orang-orang yang di awalnya dibawa dari Madagaskar dan Mozambik untuk bekerja sebagai budak di perkebunan kelapa di bawah kekuasaan Prancis dan Inggris.

Pada abad-abad berikutnya, orang-orang ini lantas mengembangkan bahasa, musik, dan budaya mereka sendiri.

 

Saya lihat bekas area perkebunan di sebelah timur pulau. Di sana, kelihatan sejumlah bangunan rusak dan terbengkalai, terhitung rumah manajer perkebunan.

Di depan rumah manajer perkebunan itu, tersedia papan bertulisan: “Bangunan berbahaya dan tidak aman. Jangan masuk. Atas perintah: perwakilan Inggris.”

Di sebuah gereja di sana, tersedia tulisan bhs Prancis di sebuah papan di bawah salib: “Mari kami berdoa untuk saudara-saudari kami orang Chagos.”

Keledai liar tetap berkeliaran di area itu. David Vine, penulis buku Island of Shame: The Secret History of the US Military Base on Diego Garcia (2009), menggambarkan keledai-keledai itu bagai “hantu peninggalan penduduk yang sempat tinggal di sana selama nyaris 200 tahun”.

Sebuah memo Kantor Urusan Luar Negeri Inggris dari tahun 1966 perlihatkan tujuan Inggris di pulau itu adalah untuk “mengumpulkan batu-batu yang akan setelah itu menjadi punya kita” dan “tidak akan tersedia penghuni asli [tersisa] terkecuali burung camar”.

Menanggapi memo itu, seorang diplomat Inggris menyatakan pulau-pulau Chagos cuma dihuni “beberapa Tarzan atau pekerja pria yang asal-usulnya tidak sadar dan mudah-mudahan ditempatkan saja di Mauritius”.

Dokumen pemerintah lainnya perlihatkan bahwa pulau-pulau selanjutnya dipilih “tidak cuma gara-gara lokasinya yang strategis namun terhitung karena, untuk seluruh tujuan praktis, tidak tersedia penduduk selamanya di sana”.

“Orang Amerika terlebih berasumsi kebebasan bermanuver ini terlalu penting, beda bersama pertimbangan lazim yang menyertai lokasi yang berpenduduk,” seperti tertulis di dokumen itu.

Vine, penulis buku Island of Shame, menyatakan rencana penyewaan Diego Garcia muncul terhadap pas “gerakan dekolonisasi sedang berlangsung dan berkembang cepat” dan AS kuatir akan kehilangan akses ke beraneka pangkalan militernya di seluruh dunia.

ReutersFasilitas Angkatan Laut AS di Diego Garcia, Kepulauan Chagos

Diego Garcia adalah salah satu dari banyak pulau yang dipertimbangkan menjadi pangkalan militer, kata Vine. Pulau itu disebut menjadi “kandidat utama” gara-gara populasinya yang relatif kecil dan lokasinya yang strategis di sedang Samudra Hindia.

Bagi Inggris, tak sekedar gara-gara alasan finansial, penyewaan Diego Garcia menyebabkan mereka mampu mempertahankan pertalian militer erat bersama AS, imbuh Vine.

Sebagai bagian dari perjanjian penyewaan, AS setuju menjual rudal nuklir Polaris-nya ke Inggris bersama potongan harga sampai US$14 juta terhadap 1966 (kini kira-kira setara US$135,6 juta atau Rp2,1 triliun).

Pada 1967, pengusiran penduduk Kepulauan Chagos dimulai. Hewan-hewan peliharaan, terhitung anjing, ditangkap dan dibunuh.

Menurut sejumlah penduduk Chagos, pas itu mereka digiring ke kapal kargo dan dibawa ke Mauritius atau Seychelles.

Inggris beri tambahan kewarganegaraan kepada sejumlah orang Chagos terhadap 2002, dan banyak dari mereka lantas tinggal di Inggris.

Getty ImagesPenduduk Kepulauan Chagos dan para pendukung mereka tiba di pengadilan di pusat kota London, 5 Februari 2007, pas mereka bersiap untuk melawan putusan pengadilan yang akan mencegah penduduk pulau selanjutnya kembali ke rumah mereka di kepulauan Chagos di sedang Samudra Hindia.

Dalam kesaksiannya kepada Mahkamah Internasional lebih dari satu tahun kemudian, orang Chagos bernama Liseby Elyse menyatakan bahwa penduduk di kepulauan itu menekuni “kehidupan bahagia” yang “tidak kekurangan apa pun” sebelum saat terjadinya pengusiran.

“Suatu hari petugas memberi sadar bahwa kami mesti meninggalkan pulau kami, meninggalkan rumah kami, dan pergi. Semua orang tidak senang.”

“Namun, kami tidak mempunyai pilihan. Mereka tidak memberi kami alasan apa pun,” katanya.

“Tidak seorang pun inginkan diusir dari pulau area ia dilahirkan, diusir seperti binatang.”

Orang-orang Chagos udah berjuang selama bertahun-tahun untuk kembali ke kampung halamannya.

Mauritius, yang merdeka dari Inggris terhadap 1968, perlihatkan pulau-pulau di Chagos adalah miliknya.

Getty ImagesPerangko British Indian Ocean Territory (BIOT) dari tahun 1969, empat tahun sehabis Inggris mengantarai Kepulauan Chagos dari Mauritius.

Dalam fatwa hukumnya, pengadilan tertinggi PBB pun udah mengambil keputusan bahwa administrasi Inggris atas lokasi selanjutnya “melanggar hukum” dan mesti diakhiri.

PBB menyatakan Kepulauan Chagos mesti diserahkan kembali kepada Mauritius untuk menuntaskan proses “dekolonisasi” Inggris.

Clive Baldwin, penasihat hukum senior di Human Rights Watch, menyatakan “pengusiran paksa orang-orang Chagos oleh Inggris dan AS, penganiayaan terhadap mereka atas basic ras, dan upaya yang kini terus berlangsung untuk mencegah kepulangan mereka ke tanah air mereka merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan”.

“Ini adalah bentuk-bentuk kejahatan paling betul-betul yang mampu dilaksanakan sebuah negara. Ini adalah kejahatan kolonial yang terus berlangsung selama mereka mencegah orang-orang Chagos untuk kembali ke rumahnya.”

Pemerintah Inggris di awalnya perlihatkan “tidak tersedia keraguan” perihal klaimnya atas pulau-pulau tersebut, yang disebut udah “berada di bawah kedaulatan Inggris secara berkelanjutan sejak 1814”.

Namun, terhadap 2022, Inggris setuju untuk membuka negosiasi bersama Mauritius perihal era depan lokasi tersebut.

James Cleverly, Menteri Luar Negeri pas itu, menyatakan ia inginkan “menyelesaikan seluruh persoalan yang belum terselesaikan”.

Awal September 2024, pemerintah Inggris menginformasikan bahwa Jonathan Powell, yang sempat menjadi kepala staf mantan perdana menteri Tony Blair, udah ditunjuk untuk bernegosiasi bersama Mauritius perihal Kepulauan Chagos.

David Lammy, Menteri Luar Negeri pas ini, menyatakan Inggris sedang mengusahakan untuk “mencapai kesepakatan yang mampu melindungi keperluan Inggris dan para mitranya”.

Ia mengedepankan perlunya melindungi operasi pangkalan militer gabungan Inggris-AS “yang aman dan efektif didalam jangka panjang”.

Getty ImagesWarga Chagos di Inggris berdemonstrasi di Westminster menuntut hak untuk pilih era depan mereka sendiri terhadap 7 Oktober 2024 di London, Inggris.

Sebelum menjabat Menteri Luar Negeri, Lammy berulang kali mengkritik pemerintahan di awalnya gara-gara selama bertahun-tahun “mengabaikan pendapat” beraneka badan PBB perihal Kepulauan Chagos.

Matthew Savill, direktur pengetahuan militer di instansi riset pertahanan terkemuka Rusi, menyatakan bahwa Diego Garcia adalah pangkalan yang “sangat penting”, terlebih “karena posisinya di Samudra Hindia dan fasilitas-fasilitas di sana”, yang termasuk pelabuhan, gudang, dan lapangan terbang.

Sebagai perbandingan, fasilitas paling dekat dari Inggris berjarak kira-kira 3.400 kilometer. Sementara untuk AS, fasilitas terdekatnya terpisah 4.800 kilometer.

Diego Garcia terhitung disebut sebagai lokasi perlu untuk “pelacakan dan observasi area angkasa”.

Tanker yang beroperasi dari Diego Garcia berperan isikan bahan bakar pesawat bomber B-2 yang terbang dari AS untuk menyerang Afganistan sebagai respons atas tragedi 9/11 terhadap 2001.

Getty ImagesPesawat bomber Angkatan Udara AS meluncur di Diego Garcia sebelum saat lepas landas menuju Afganistan terhadap Oktober 2001.

Dan, terhadap “perang melawan teror” berikutnya, pesawat terhitung dikirim langsung dari pulau itu ke Afganistan dan Irak.

Pangkalan Diego Garcia terhitung merupakan salah satu dari terlalu sedikit area di dunia yang mampu berisi kembali kapal selam bersama senjata seperti rudal Tomahawk, kata Savill.

Selain itu, AS disebut udah menempatkan banyak peralatan dan perbekalan militernya di sana untuk keadaan darurat.

Walter Ladwig III, dosen pertalian internasional senior di King’s College London, setuju bahwa pangkalan itu mempunyai “banyak peran penting”.

Namun, menurutnya “ada tingkat kerahasiaan” di Diego Garcia yang “tampaknya melampaui apa yang kami lihat di tempat-tempat lain”.

“Ada fokus yang terlalu besar terhadap pengendalian dan pembatasan akses, yang… tampaknya melampaui apa yang kami ketahui secara publik perihal aset, kemampuan, dan unit yang ditempatkan di sana,” katanya.
Tempat tinggal saya dijaga 24 jam sehari dan orang-orang di luar mencatat kapan saya pergi dan kembali. Saya pun selamanya dikawal.

Pada pertengahan 1980-an, jurnalis Inggris bernama Simon Winchester pernah berpura-pura kapalnya mengalami persoalan di dekat pulau itu.

Ia selamanya berada di teluk selama kira-kira dua hari, dan berhasil melangkah sementara di pantai sebelum saat petugas mengawalnya pergi sembari mengatakan: “Pergi dan jangan kembali.”

Dia menyatakan kepada saya bahwa dia ingat otoritas Inggris di sana “sangat agresif” dan pulau itu “luar biasa indah”.

Lebih dari dua dekade kemudian, seorang jurnalis majalah Time menghabiskan kira-kira 90 menit di pulau itu ketika pesawat kepresidenan AS berhenti di sana untuk isikan bahan bakar.

Desas-desus udah lama beredar perihal Diego Garcia, terhitung bahwa pulau itu pernah digunakan sebagai “situs hitam” CIA, atau fasilitas yang digunakan untuk menampung dan menginterogasi tersangka teroris.

Getty ImagesWilayah ini meliputi sekelompok tujuh atol yang terdiri dari lebih dari 60 pulau, terdapat kira-kira 500 kilometer di sebelah selatan kepulauan Maladewa. Pulau terbesar adalah Diego Garcia, lokasi fasilitas militer gabungan pada Inggris dan Amerika Serikat.

Pemerintah Inggris mengonfirmasi terhadap 2008 bahwa penerbangan rendisi yang mempunyai tersangka teroris sempat mendarat di pulau itu terhadap 2002, sehabis bertahun-tahun menyatakan sebaliknya.

“Para tahanan tidak meninggalkan pesawat, dan pemerintah AS udah memastikan kami bahwa tidak tersedia tahanan AS yang pernah ditahan di Diego Garcia,” kata David Miliband, Menteri Luar Negeri Inggris pas itu kepada parlemen.

“Investigasi AS tidak perlihatkan catatan perihal rendisi lain melalui Diego Garcia, lokasi luar negeri lainnya, atau melalui Inggris sendiri sejak pas itu.”

Di hari yang sama, mantan Direktur CIA, Michael Hayden, menyatakan bahwa Info yang di awalnya “diberikan bersama itikad baik” kepada Inggris perihal penerbangan rendisi, yang perlihatkan mereka tidak pernah mendarat di sana, “ternyata salah”.

“Tak satu pun dari orang-orang itu pernah menjadi bagian dari program interogasi teroris perlu CIA. Satu orang pada akhirnya dipindahkan ke Guantanamo, dan yang lainnya dikembalikan ke negara asalnya. Ini adalah operasi rendisi, tidak lebih,” katanya, sambil membantah laporan bahwa CIA mempunyai fasilitas penahanan di Diego Garcia.

Bertahun-tahun kemudian, Lawrence Wilkerson, kepala staf mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell, menyatakan kepada Vice News bahwa sumber intelijen udah memberitahunya bahwa Diego Garcia udah digunakan sebagai area “di mana orang-orang dirumahkan pas dan diinterogasi dari pas ke waktu.”

Getty ImagesWilayah Samudra Hindia Britania (BIOT) atau Kepulauan Chagos (sebelumnya Kepulauan Minyak) adalah lokasi seberang laut Britania Raya yang terdapat di Samudra Hindia, di tengah-tengah pada Afrika dan Indonesia.

Saya tidak diizinkan mendekati area militer peka di Diego Garcia.

Setelah meninggalkan area tinggal selama saya di Diego Garcia, saya mendapat e mail berisi ucapan terima kasih dan keinginan saran.

“Kami inginkan tiap tiap tamu merasakan pengalaman yang mengasyikkan dan nyaman,” seperti tertulis di e mail itu.

Sebelum terbang, paspor saya dicap bersama lambang lokasi tersebut. Motonya berbunyi: “In tutela nostra Limuria”.

Ini bermakna “Limuria berada didalam kendali kami”, yang merujuk terhadap benua yang hilang di Samudra Hindia.

Benua yang hilang tampaknya menjadi lambang yang pas untuk sebuah pulau yang status hukumnya diragukan dan cuma sedikit orang yang diizinkan untuk melihatnya, terlebih sejak pengusiran orang-orang Chagos.

Terkait persidangan atas perlakuan terhadap orang Tamil Sri Lanka di pulau tersebut, putusan diinginkan langsung muncul dan BBC akan melaporkannya terhadap waktunya.

Argoland, benua yang hilang ratusan juta tahun lalu menjadi kunci asal usul keanekaragaman fauna Indonesia
Mencari Lautan Bintang nan misterius di Maladewa
Kisah Atlantis yang hilang dan diperebutkan tiga negara
Lihat terhitung Video ‘Wabah Mpox di Afrika Makin Tak Terkendali, Tembus Hampir 3.000 Kasus’:

Diego Garcia adalah salah satu dari banyak pulau yang dipertimbangkan menjadi pangkalan militer, kata Vine. Pulau itu disebut menjadi “kandidat utama” gara-gara populasinya yang relatif kecil dan lokasinya yang strategis di sedang Samudra Hindia.

Bagi Inggris, tak sekedar gara-gara alasan finansial, penyewaan Diego Garcia menyebabkan mereka mampu mempertahankan pertalian militer erat bersama AS, imbuh Vine.

Sebagai bagian dari perjanjian penyewaan, AS setuju menjual rudal nuklir Polaris-nya ke Inggris bersama potongan harga sampai US$14 juta terhadap 1966 (kini kira-kira setara US$135,6 juta atau Rp2,1 triliun).

Pada 1967, pengusiran penduduk Kepulauan Chagos dimulai. Hewan-hewan peliharaan, terhitung anjing, ditangkap dan dibunuh.

Menurut sejumlah penduduk Chagos, pas itu mereka digiring ke kapal kargo dan dibawa ke Mauritius atau Seychelles.

Inggris beri tambahan kewarganegaraan kepada sejumlah orang Chagos terhadap 2002, dan banyak dari mereka lantas tinggal di Inggris.

Getty ImagesPenduduk Kepulauan Chagos dan para pendukung mereka tiba di pengadilan di pusat kota London, 5 Februari 2007, pas mereka bersiap untuk melawan putusan pengadilan yang akan mencegah penduduk pulau selanjutnya kembali ke rumah mereka di kepulauan Chagos di sedang Samudra Hindia.

Dalam kesaksiannya kepada Mahkamah Internasional lebih dari satu tahun kemudian, orang Chagos bernama Liseby Elyse menyatakan bahwa penduduk di kepulauan itu menekuni “kehidupan bahagia” yang “tidak kekurangan apa pun” sebelum saat terjadinya pengusiran.

“Suatu hari petugas memberi sadar bahwa kami mesti meninggalkan pulau kami, meninggalkan rumah kami, dan pergi. Semua orang tidak senang.”

“Namun, kami tidak mempunyai pilihan. Mereka tidak memberi kami alasan apa pun,” katanya.

“Tidak seorang pun inginkan diusir dari pulau area ia dilahirkan, diusir seperti binatang.”

Orang-orang Chagos udah berjuang selama bertahun-tahun untuk kembali ke kampung halamannya.

Mauritius, yang merdeka dari Inggris terhadap 1968, perlihatkan pulau-pulau di Chagos adalah miliknya.

Getty ImagesPerangko British Indian Ocean Territory (BIOT) dari tahun 1969, empat tahun sehabis Inggris mengantarai Kepulauan Chagos dari Mauritius.

Dalam fatwa hukumnya, pengadilan tertinggi PBB pun udah mengambil keputusan bahwa administrasi Inggris atas lokasi selanjutnya “melanggar hukum” dan mesti diakhiri.

PBB menyatakan Kepulauan Chagos mesti diserahkan kembali kepada Mauritius untuk menuntaskan proses “dekolonisasi” Inggris.

Clive Baldwin, penasihat hukum senior di Human Rights Watch, menyatakan “pengusiran paksa orang-orang Chagos oleh Inggris dan AS, penganiayaan terhadap mereka atas basic ras, dan upaya yang kini terus berlangsung untuk mencegah kepulangan mereka ke tanah air mereka merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan”.

“Ini adalah bentuk-bentuk kejahatan paling betul-betul yang mampu dilaksanakan sebuah negara. Ini adalah kejahatan kolonial yang terus berlangsung selama mereka mencegah orang-orang Chagos untuk kembali ke rumahnya.”

Pemerintah Inggris di awalnya perlihatkan “tidak tersedia keraguan” perihal klaimnya atas pulau-pulau tersebut, yang disebut udah “berada di bawah kedaulatan Inggris secara berkelanjutan sejak 1814”.

Namun, terhadap 2022, Inggris setuju untuk membuka negosiasi bersama Mauritius perihal era depan lokasi tersebut.

James Cleverly, Menteri Luar Negeri pas itu, menyatakan ia inginkan “menyelesaikan seluruh persoalan yang belum terselesaikan”.

Awal September 2024, pemerintah Inggris menginformasikan bahwa Jonathan Powell, yang sempat menjadi kepala staf mantan perdana menteri Tony Blair, udah ditunjuk untuk bernegosiasi bersama Mauritius perihal Kepulauan Chagos.

David Lammy, Menteri Luar Negeri pas ini, menyatakan Inggris sedang mengusahakan untuk “mencapai kesepakatan yang mampu melindungi keperluan Inggris dan para mitranya”.

Ia mengedepankan perlunya melindungi operasi pangkalan militer gabungan Inggris-AS “yang aman dan efektif didalam jangka panjang”.

Getty ImagesWarga Chagos di Inggris berdemonstrasi di Westminster menuntut hak untuk pilih era depan mereka sendiri terhadap 7 Oktober 2024 di London, Inggris.

Sebelum menjabat Menteri Luar Negeri, Lammy berulang kali mengkritik pemerintahan di awalnya gara-gara selama bertahun-tahun “mengabaikan pendapat” beraneka badan PBB perihal Kepulauan Chagos.

Matthew Savill, direktur pengetahuan militer di instansi riset pertahanan terkemuka Rusi, menyatakan bahwa Diego Garcia adalah pangkalan yang “sangat penting”, terlebih “karena posisinya di Samudra Hindia dan fasilitas-fasilitas di sana”, yang termasuk pelabuhan, gudang, dan lapangan terbang.

Sebagai perbandingan, fasilitas paling dekat dari Inggris berjarak kira-kira 3.400 kilometer. Sementara untuk AS, fasilitas terdekatnya terpisah 4.800 kilometer.

Diego Garcia terhitung disebut sebagai lokasi perlu untuk “pelacakan dan observasi area angkasa”.

Tanker yang beroperasi dari Diego Garcia berperan isikan bahan bakar pesawat bomber B-2 yang terbang dari AS untuk menyerang Afganistan sebagai respons atas tragedi 9/11 terhadap 2001.

Getty ImagesPesawat bomber Angkatan Udara AS meluncur di Diego Garcia sebelum saat lepas landas menuju Afganistan terhadap Oktober 2001.

Dan, terhadap “perang melawan teror” berikutnya, pesawat terhitung dikirim langsung dari pulau itu ke Afganistan dan Irak.

Pangkalan Diego Garcia terhitung merupakan salah satu dari terlalu sedikit area di dunia yang mampu berisi kembali kapal selam bersama senjata seperti rudal Tomahawk, kata Savill.

Selain itu, AS disebut udah menempatkan banyak peralatan dan perbekalan militernya di sana untuk keadaan darurat.

Walter Ladwig III, dosen pertalian internasional senior di King’s College London, setuju bahwa pangkalan itu mempunyai “banyak peran penting”.

Namun, menurutnya “ada tingkat kerahasiaan” di Diego Garcia yang “tampaknya melampaui apa yang kami lihat di tempat-tempat lain”.

“Ada fokus yang terlalu besar terhadap pengendalian dan pembatasan akses, yang… tampaknya melampaui apa yang kami ketahui secara publik perihal aset, kemampuan, dan unit yang ditempatkan di sana,” katanya.

Selama berada di pulau itu, saya mesti mengenakan kartu pengunjung berwarna merah dan diawasi bersama ketat tiap tiap saat.

Tempat tinggal saya dijaga 24 jam sehari dan orang-orang di luar mencatat kapan saya pergi dan kembali. Saya pun selamanya dikawal.

Pada pertengahan 1980-an, jurnalis Inggris bernama Simon Winchester pernah berpura-pura kapalnya mengalami persoalan di dekat pulau itu.

Ia selamanya berada di teluk selama kira-kira dua hari, dan berhasil melangkah sementara di pantai sebelum saat petugas mengawalnya pergi sembari mengatakan: “Pergi dan jangan kembali.”

Dia menyatakan kepada saya bahwa dia ingat otoritas Inggris di sana “sangat agresif” dan pulau itu “luar biasa indah”.

Lebih dari dua dekade kemudian, seorang jurnalis majalah Time menghabiskan kira-kira 90 menit di pulau itu ketika pesawat kepresidenan AS berhenti di sana untuk isikan bahan bakar.

Desas-desus udah lama beredar perihal Diego Garcia, terhitung bahwa pulau itu pernah digunakan sebagai “situs hitam” CIA, atau fasilitas yang digunakan untuk menampung dan menginterogasi tersangka teroris.

Getty ImagesWilayah ini meliputi sekelompok tujuh atol yang terdiri dari lebih dari 60 pulau, terdapat kira-kira 500 kilometer di sebelah selatan kepulauan Maladewa. Pulau terbesar adalah Diego Garcia, lokasi fasilitas militer gabungan pada Inggris dan Amerika Serikat.

Pemerintah Inggris mengonfirmasi terhadap 2008 bahwa penerbangan rendisi yang mempunyai tersangka teroris sempat mendarat di pulau itu terhadap 2002, sehabis bertahun-tahun menyatakan sebaliknya.

“Para tahanan tidak meninggalkan pesawat, dan pemerintah AS udah memastikan kami bahwa tidak tersedia tahanan AS yang pernah ditahan di Diego Garcia,” kata David Miliband, Menteri Luar Negeri Inggris pas itu kepada parlemen.

“Investigasi AS tidak perlihatkan catatan perihal rendisi lain melalui Diego Garcia, lokasi luar negeri lainnya, atau melalui Inggris sendiri sejak pas itu.”

Di hari yang sama, mantan Direktur CIA, Michael Hayden, menyatakan bahwa Info yang di awalnya “diberikan bersama itikad baik” kepada Inggris perihal penerbangan rendisi, yang perlihatkan mereka tidak pernah mendarat di sana, “ternyata salah”.

“Tak satu pun dari orang-orang itu pernah menjadi bagian dari program interogasi teroris perlu CIA. Satu orang pada akhirnya dipindahkan ke Guantanamo, dan yang lainnya dikembalikan ke negara asalnya. Ini adalah operasi rendisi, tidak lebih,” katanya, sambil membantah laporan bahwa CIA mempunyai fasilitas penahanan di Diego Garcia.

Bertahun-tahun kemudian, Lawrence Wilkerson, kepala staf mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell, menyatakan kepada Vice News bahwa sumber intelijen udah memberitahunya bahwa Diego Garcia udah digunakan sebagai area “di mana orang-orang dirumahkan pas dan diinterogasi dari pas ke waktu.”

Getty ImagesWilayah Samudra Hindia Britania (BIOT) atau Kepulauan Chagos (sebelumnya Kepulauan Minyak) adalah lokasi seberang laut Britania Raya yang terdapat di Samudra Hindia, di tengah-tengah pada Afrika dan Indonesia.

Saya tidak diizinkan mendekati area militer peka di Diego Garcia.

Setelah meninggalkan area tinggal selama saya di Diego Garcia, saya mendapat e mail berisi ucapan terima kasih dan keinginan saran.

“Kami inginkan tiap tiap tamu merasakan pengalaman yang mengasyikkan dan nyaman,” seperti tertulis di e mail itu.

Sebelum terbang, paspor saya dicap bersama lambang lokasi tersebut. Motonya berbunyi: “In tutela nostra Limuria”.

Ini bermakna “Limuria berada didalam kendali kami”, yang merujuk terhadap benua yang hilang di Samudra Hindia.

Benua yang hilang tampaknya menjadi lambang yang pas untuk sebuah pulau yang status hukumnya diragukan dan cuma sedikit orang yang diizinkan untuk melihatnya, terlebih sejak pengusiran orang-orang Chagos.

Terkait persidangan atas perlakuan terhadap orang Tamil Sri Lanka di pulau tersebut, putusan diinginkan langsung muncul dan BBC akan melaporkannya terhadap waktunya.

 

Casino Online | Poker Online | Togel Singapura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *