Miliarder Garut yang ‘Berserakan’ di Kampung Pangauban
Agen Togel Terbaik – Sebuah perkampungan warga di Kabupaten Garut sempat jadi buah bibir seantero negeri terhadap pertengahan th. 2023 ini. Bukan perkampungan warga biasa, perkampungan ini dihuni puluhan ‘sultan’ dengan rumah gedongannya masing-masing.
Perkampungan warga ini dijuluki ‘Kampung Miliarder’. Nama itu diambil, dari orang-orang kaya yang bermukim di sana. Perkampungan ini sebetulnya bernama Kampung Pangauban. Lokasinya berada sama di lereng Gunung Pangauban, Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, Garut.
Secara geografis, kampung ini sebetulnya lebih dekat dengan area Cijapati di Kabupaten Bandung, ketimbang dengan pusat perkotaan Garut yang jaraknya mencapai sekitar 25 kilometer.
Kepala Dusun II di Desa Pangauban, Deni Ramdani. Saat pertama kali menginjakkan kaki di sana, panorama gedung-gedung mewah langsung terlihat.
Di kiri dan kanan jalan aspal bercampur pasir, rumah-rumah ‘gedong’ keluar berdiri megah di sana. Hal ini, tahu tak biasa terkecuali dibandingkan dengan perkampungan warga lain, setidaknya di Kabupaten Garut. Sebab, yang lebih mencengangkan lagi, informasinya, tersedia lebih dari 50 ‘rumah sultan’ yang tersedia di Kampung Pangauban.
Miliarder Garut yang ‘Berserakan’ di Kampung Pangauban
Rumah-rumah ‘sultan’ yang tersedia di Kampung Pangauban ini juga terbilang memiliki desain yang modern. Bahkan tersedia beberapa rumah, yang memiliki dua pilar menjulang di anggota depan, sama seperti yang tersedia di The White House yang tersedia di Amerika Serikat.
Setelah ditelusuri lebih jauh, rumah-rumah gedong mewah yang tersedia di Kampung Pangauban ternyata merupakan punya bos-bos produsen pembuatan tas rumahan yang tersedia di kampung tersebut.
“Itu punya bos tas. Memang jumlahnya banyak di Pangauban,” ujar Deni.
Para bos tas pemilik rumah sultan itu, kata Deni, telah eksis sejak lama di Kampung Pangauban. Mereka adalah warga setempat yang telah menekuni usaha pembuatan tas sejak lama. “Jenis tasnya ya tas untuk anak sekolah. Tapi dikirimnya se-Indonesia,” ungkap Deni.
Para bos perajin tas yang tersedia di Kampung Pangauban sendiri, diketahui memiliki omzet yang tak main-main. Mereka, dikabarkan lebih-lebih bisa meraup cuan hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya. Mereka diketahui memiliki omzet hingga Rp 600 juta per bulan.
Kisah Pilu ‘Sultan’ Haji Amang
Satu dari puluhan bos tas yang tersedia di ‘Kampung Miliarder’ ini, adalah Enjang. Pria kelahiran th. 1974 yang sehari-harinya disebut warga setempat dengan panggilan Haji Amang.
Haji Amang memulai kariernya sebagai tukang jahit. Sejak dulu, pria yang kabarnya lebih-lebih tak lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD) ini, telah rajin menekuni dunia menjahit tas. Haji Amang, ‘buburuh’ kepada para bos-bos pada mulanya dalam membuat tas. Dia lantas kerap turut dalam mengedarkan tas buatannya, ke pasar-pasar tradisional.
“Kalau kata orang sini, ngampas (mengedarkan barang). Ke pasar-pasar. Ke Bandung, Jakarta, Sumatera,” katanya.
Berbekal ilmu seadanya, Haji Amang lantas memberanikan diri membuat tas sendiri dalam jumlah yang sedikit. Dia dan istrinya lantas ada masalah payah mengedarkan tas-tas buatannya kepada konsumen.
“Modal nekat saja. Yang jadi perih itu, tas belum tentu laku. Kadang laku, kadang enggak sama sekali,” katanya.
Perjuangan yang dimulainya dari th. 2000-an itu, selanjutnya menghasilkan hasil di sekitaran th. 2018. Bisnisnya melejit usai tas buatannya banyak dilirik pembeli dari berbagai daerah. Uang yang tadinya ada masalah payah dicari, sejak saat itu datang sendiri.
“Sekarang yang membeli datang sendiri ke sini,” ujar Haji Amang.
Haji Amang berbagi kisah terpahit, yang pernah dialaminya selama berjualan tas. Dia mengaku pernah ditipu oleh seorang dokter asal Tasikmalaya.
“Jadi ceritanya ngambil barang, aku dikasih giro. Barangnya telah diambil, ternyata gironya palsu. Uang yang hilang ratusan juta (rupiah),” katanya.
Haji Amang mencatat, setidaknya dia mengalami tiga kali jatuh-bangun dalam berniaga. Semuanya, adalah masalah penipuan yang dialami. Tapi Haji Amang, tak patah arang. Beragam perihal pahit yang menimpanya di era lalu, membentuknya jadi seperti saat ini. Dia kini menjelma dari seorang yang bukan siapa-siapa, jadi satu dari banyak sultan yang memiliki rumah super mewah di Kampung Pangauban.
Terkait produksi punya bos-bos besar ini, diketahui dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Makanya, di Kampung Pangauban sendiri, nyaris seluruh warganya turut nyambi buburuh bikin tas, di samping bertani. Makanya, menurut Kadus Deni, nyaris tidak tersedia pengangguran di Kampung Pangauban.