Cerita Agus Sutikno Pendeta Jalanan Layani Anak Terlantar di Semarang

togel Online Terbaik, Agen Togel Terpercaya, Bandar Togel Terbaikel Online Terbaik, Agen Togel Terpercaya, Bandar Togel Terbaik

cerita-agus-sutikno-pendeta-jalanan-layani-anak-terlantar-di-semarang

Cerita Agus Sutikno Pendeta Jalanan Layani Anak Terlantar di Semarang

Agen Togel Terbaik – Siapa sangka pria dengan dandanan nyentrik dan penuh tato itu merupakan pendeta. Dia adalah Agus Sutikno (45) yang banyak dikenal sebagai pendeta jalanan di Semarang. Dia, termasuk pendiri Yayasan Hati Bagi Bangsa yang dimaksudkan untuk melayani kaum miskin.
Suara bayi terdengar menggema dalam bangunan simple yang halaman depannya bertuliskan ‘Yayasan Hati Bagi Bangsa’ di Jalan Manggis II Nomor 4, Kelurahan Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan.

Anak-anak kecil berkeliaran bermain dengan bebas. Mereka kelihatan riuh selagi menyongsong ‘ayah’ mereka yang berpenampilan tak biasa. Menggunakan motor modifikasi dengan dandanan nyentrik, Agus Sutikno (45) langsung dipanggil ‘Bapak Agus’ oleh anak-anak kecil itu.

Rambut gondrongnya berkibar diterpa angin selagi ia menyalami empat anak yang menyongsong kedatangannya. Meski tato memenuhi tubuhnya yang selagi itu mengenakan kaus tanpa lengan dan boots merah, anak-anak tak takut.

Cerita Agus Sutikno Pendeta Jalanan Layani Anak Terlantar di Semarang

Mereka adalah anak-anak dengan beragam latar belakang kelam yang tinggal di yayasan punya Agus. Sebagian besar berasal dari mereka merupakan anak seorang pekerja seks komersial (PSK), anak jalanan, dan orang terlantar yang tak punya tempat singgah.

“Dulu lulus SMP nggak lanjut sekolah karena nggak tersedia biaya, tapi teman bilang daripada nggak sekolah, nggak jelas, mending turut yayasan. Akhinya saya ke sini,” kata Rafael di Kelurahan Lamper Lor, Selasa (24/12/2024).

Rafael dulunya berjualan nasi di Pasar Peterongan. Mimpinya untuk melanjutkan sekolah pupus karena terhalang biaya. Lewat uluran tangan Agus, Rafael dapat melanjutkan sekolahnya hingga kini dapat berkuliah di Universitas Terbuka (UT).

“Sudah di sini 4 tahun. Sekarang telah kuliah di UT, baru semester satu,” ungkapnya.

Selain anak-anak, tersedia pula manusia lanjut umur (manula) yang hidup di yayasan yang didirikan Agus lebih kurang 10 th. lalu itu. Dengan mata teduhnya, ia memandangi anak-anak kecil yang telah ia anggap bak cucunya sendiri.

“Sebelumnya saya merantau berasal dari Lampung, nyari 3 saudara telah nggak tersedia semua. Kenalan saya bilang nanti saya cariin tempat buat tinggal. Ketemu Pak Agus, pada akhirnya di terima sama istrinya juga, saya tinggal di sini, telah 4 tahun,” tutur Mbah Aliyah (82), sapaan akrabnya.


Tak termasuk telah berapa kehidupan yang terbantu oleh Agus. Meski tak pernah menggalang dana, pendeta jalanan yang namanya tercatat sebagai Pendeta Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) itu telah berhasil membiayai pendidikan anak-anak, kebutuhan para bayi, hingga kebutuhan sehari-hari hampir 200 manusia.

“Sampai hari ini saya telah menyekolahkan hampir 200 anak tanpa bantuan pemerintah. Karena menurut saya pendidikan itu hak segala bangsa,” tutur Agus.

Pria asal Probolinggo itu mengaku mengelola yayasan dengan istrinya. Ia datang jadi sosok bapak yang sepanjang ini mereka butuhkan. Tak jarang, Agus dan istrinya termasuk dibantu anak-anak yayasan yang telah menjadi tumbuh dewasa.

“Dulu ini banyak orang hamil di luar nikah, jadi yg PSK dan yg lain. Banyak yang mampir ke sini nggak punya akta, KK, nggak dapat baca tulis. Saya terima tanpa syarat, sekarang telah terhadap sekolah,” tuturnya.

Agus pun kerap berpindah-pindah lokasi yayasan. Kini, tersedia 20 penghuni selalu Yayasan Hati Bagi Bangsa dan puluhan anak asuh di luar yayasan, karena rumah yayasan yang tak lumayan menampung mereka semua.

Ditanya alasannya, pria satu itu menjawab, alasannya hanya berusaha untuk laksanakan sifat-sifat yang dimiliki Tuhan, salah satunya sifat kasih sayang kepada siapapun. Tak kalau kepada hewan maupun tumbuhan.

“Karena kalau menurut saya, sanksi sosial itu hingga kita mati pun tetap melekat. Sanksi sosial lebih berat berasal dari hukuman Tuhan. Makanya kita tolong orang-orang yang istilahnya dibuang masyarakat, tertindas, tertolak,” terangnya.

Hal itu yang kemudian menempel terhadap dirinya. Seorang pendeta yang mengabdikan hidupnya kepada orang-orang di jalanan. Meski tak pernah terhubung galang dana, rezeki untuk menghidupi anak-anak selalu mampir berasal dari siapapun.

“Yayasan ini punya Tuhan, saya hanya sebagai hambanya saja. Kalau dibilang cost berasal dari mana, saya nggak tahu, tersedia saja,” ujarnya.

Agus enggan membicarakan soal tato yang tersedia di sekujur badannya maupun soal dirinya yang merupakan pendeta. Ia hanya fokus menunjang sesama tanpa dinilai berasal dari tampilan maupun latar belakang religinya.

“Kalau dibilang tadi kontras (antara tampilan dan perbuatan), itu wajar namanya manusia kan lihat tampilan fisik, tapi yang mutlak itu hasilnya apa. Masalah busana itu nggak penting. Yang mutlak bagaimana hidupmu dapat berguna untuk semua orang,” jelasnya.

“Agama bagi saya adalah sumber konflik di Indonesia, makanya untuk menengahinya adalah humanity, kemanusiaan, itu di atas ritual keagamaan. Apapun yang kamu percayai, yang mutlak hidupmu bermanfaat, barokah untuk semua orang,” sambungnya.

Pada Hari Raya Natal th. ini, ia pun mengutarakan pesannya kepada semua umat, tak terbatas kepada umat Nasrani saja. Ia berpesan agar perayaan Hari Raya Besar dapat dilaksanakan lewat welas asih kepada sesama.

 

Togel Online Terpercaya | Live Togel Terpercaya | Agen Togel Terbaik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *